Bapak saya sering mengatakan satu kalimat yang khas sejak kecil "Long Live Education" yang kira-kira artinya adalah pendidikan seumur hidup. Kalimat itu sering ia tambahkan dengan pesan satu ayat اقرا, BACALAH! Bagi umat islam ayat pertama di surah al alaq ini sangat berarti bukan hanya dalam segi historis, tapi dalam segi perintah bagi umat Islam untuk diminta belajar. Mengetahui, memahami, dan mengaplikasikannya. Maka, sejak kecil salah satu hal yang selalu diingatkan oleh orang tua selain sholat adalah belajar.
Dan itu adalah pondasi awal saya dalam memahami hakikat balajar hingga kini. Belajar tidak harus di bangku sekolah, tapi yang lebih utama menjadi pembelajar dalam kehidupan
Namun, ternyata kata-kata bapak seperti mantra bagi saya. Saya bukanlah tipe orang yang gampang puas dengan ilmu, dan karena keinginan lama itulah akhirnya, saya memutuskan melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi.
OK....thats enough apetizer nya...nanti kalian muntah...hehehe
Langsung masuk ke popok pembicaraan, tentang lanjut studi...How to continuing our study in abroad? Itu adalah kalimat yang sering saya dengar beberapa bulan ini, bukan hanya dari mahasiswa saya yang imut-imut, namun juga dari adik tingkat, hingga rekan2.
Untuk melanjutkan studi ke luar negeri yang dibutuhkan adalah
1. Niat
2.TOEFL
3.Research proposal
4. Network
5. LoA
Ok, mari kita bahas satu-satu
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
Bagi seorang muslim, hadist di atas secara harfiah berarti "Sesungguhnya setiap perbuatan manusia itu tergantung dari niatnya". Hadist di atas secara lengkap adalah
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar ra, Rasulullah SAW. bersabda, "Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah." (HR. Bukhari, Muslim)
Dari penjelasan di atas, sangat jelas dan terang benderang jika ingin melakukan sesuatu mari luruskan niat, karena saya percaya niat juga adalah suggesti dan energi positif bagi saya
Nah jika sudah mematangkan niat, mulailah membuat mind map atau planning map. Buatlah rencana mulai dari petakan interest kita dimana? Ini sangatpenting, karena ingin akan mempengaruhi point 3,4,dan 5. Misalnya, jika bidang interest kita dibagian urban planning dan GIS, maka mulailah petakan minat kita dan mulai membaca jurnal-jurnal tentang bidang ini untuk bekal research proposal. Buat list-list tema yang lagi in ataupun yang kita kuasai, dan mulailah membuat research proposal. Setelah itu, mari kita mulai perburuan supervisor (SPV).
SPV adalah calon professor kita ataupun pembimbing kita nantinya jika kita melanjutkan kuliah di luar negeri. SPV pulalah yang nantinya akan menerbitkan LoA -semacam surat sakti-bahwa kita benar telah diterima bergabung dengan geng mereka. SPV bisa jadi adalah professor, namun bisa juga associate professor. Menghubungi calon SPV, boleh dibilang gampang-gampang susah, bisa juga susah-susah gampang. Ada yang satu kali kontak langsung klik, ada yang sudah menghubungi sejumlah SPV namun tidak berbalas...yah seperti ituah. Untuk mendapatkan data SPV bisa melalui berbagai cara. Cara langsung dengan mengikuti seminar-seminar yang kemungkinan besar akan mereka datangi. Saat momen itu ada, siapkan kartu nama, dan mulailah perkenalkan diri saat di seminar. Jangan sungkan untuk meminta kartu nama mereka, lebih bagus lagi, saat session si SPV kita mengajukan pertanyaan -sebuah cara untuk memperlihatkan ketertarikan kita kepada research mereka-, dan saat pulang, mulailah hunting tulisan si SPV. Cari kesamaan antara research mereka dan kita, dan lebih bagus lagi jika kita mengikuti tema research yang sedang mereka lakukan. Cara mengetahuinya, manfaatkan jaringan di Thomson Reuters , Linkedin, Academia, Researchgate, hingga googlescholar.
Bagaimana jika cara tersebut tidak ampuh, hehehe..makalah cobalah cara lain. Coba search di link atas berdasarkan tema research lalu lihat siapa nama professornya dan institusinya. Saat sudah menemukannya mulailah mencari link SPV di universitasnya melalui bantuan om google. Dan mulailah menghubungi calon SPV kita nanti.
Namun, jika cara ini masih tidak ampuh, gunakanlah metode jaringan. Mulailah mencari teman ataupun saudara yang sedang kuliah di luar negeri. Alhamdulillah cara ini untuk saya termasuk berhasil. Konon katanya -khususnya di Jepang-, para sensai sangat mempercayai mahasiswa mereka, sehingga jika rekomendasi dari mahasiswa universitasmereka, terlebih mahasiwa dari lab mereka sangat mereka pertimbangkan. Selain itu, perkara kesibukan luar biasa mereka juga menjadi penyebab mereka kemungkinan tidak membaca email kita karena tertelan dengan email-email lainnya, sehingga melalui perantara langsung teman kita di sana kan lebih efektif. Jangan lupa saaat mengirimkan email, sangat direkomendasikan menngunakan email institusi, karena terkadang email-email umum berakhir tidak terbaca -meskipun tidak semuanya begitu juga-.
Saat koneksi dengan SPV sudah terjalin dan SPV mengatakan kepada teman kita kalau dia bersedia menjadi SPV kita, mulailah menulis email ke mereka. Bahasa emailnya cukup sederhana, perkenalan diri, jangan lupa jelaskan kalau kita adalah kawan dari mahasiswa sana. Jelaskan latar belakang kita, interest kita pada tema researchnya dan jangan lupa lampirkan reserach proposal dan CV kita. Setelah itu mari perbanyak doa.
Jika berjalan sesuai rencana, SPV akan mengirimkan LoA bahkan universitas akan mengirimkan certficate tanda kalau kita diterima sebagai calon mahasiswa mereka.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah perkara bahasa. Untuk negara Eropa dan Ausie syarat IELTS adalah mutlak, sementara untuk negara Jepang cukup syarat TOEFL saja.
SPV adalah calon professor kita ataupun pembimbing kita nantinya jika kita melanjutkan kuliah di luar negeri. SPV pulalah yang nantinya akan menerbitkan LoA -semacam surat sakti-bahwa kita benar telah diterima bergabung dengan geng mereka. SPV bisa jadi adalah professor, namun bisa juga associate professor. Menghubungi calon SPV, boleh dibilang gampang-gampang susah, bisa juga susah-susah gampang. Ada yang satu kali kontak langsung klik, ada yang sudah menghubungi sejumlah SPV namun tidak berbalas...yah seperti ituah. Untuk mendapatkan data SPV bisa melalui berbagai cara. Cara langsung dengan mengikuti seminar-seminar yang kemungkinan besar akan mereka datangi. Saat momen itu ada, siapkan kartu nama, dan mulailah perkenalkan diri saat di seminar. Jangan sungkan untuk meminta kartu nama mereka, lebih bagus lagi, saat session si SPV kita mengajukan pertanyaan -sebuah cara untuk memperlihatkan ketertarikan kita kepada research mereka-, dan saat pulang, mulailah hunting tulisan si SPV. Cari kesamaan antara research mereka dan kita, dan lebih bagus lagi jika kita mengikuti tema research yang sedang mereka lakukan. Cara mengetahuinya, manfaatkan jaringan di Thomson Reuters , Linkedin, Academia, Researchgate, hingga googlescholar.
Bagaimana jika cara tersebut tidak ampuh, hehehe..makalah cobalah cara lain. Coba search di link atas berdasarkan tema research lalu lihat siapa nama professornya dan institusinya. Saat sudah menemukannya mulailah mencari link SPV di universitasnya melalui bantuan om google. Dan mulailah menghubungi calon SPV kita nanti.
Namun, jika cara ini masih tidak ampuh, gunakanlah metode jaringan. Mulailah mencari teman ataupun saudara yang sedang kuliah di luar negeri. Alhamdulillah cara ini untuk saya termasuk berhasil. Konon katanya -khususnya di Jepang-, para sensai sangat mempercayai mahasiswa mereka, sehingga jika rekomendasi dari mahasiswa universitasmereka, terlebih mahasiwa dari lab mereka sangat mereka pertimbangkan. Selain itu, perkara kesibukan luar biasa mereka juga menjadi penyebab mereka kemungkinan tidak membaca email kita karena tertelan dengan email-email lainnya, sehingga melalui perantara langsung teman kita di sana kan lebih efektif. Jangan lupa saaat mengirimkan email, sangat direkomendasikan menngunakan email institusi, karena terkadang email-email umum berakhir tidak terbaca -meskipun tidak semuanya begitu juga-.
Saat koneksi dengan SPV sudah terjalin dan SPV mengatakan kepada teman kita kalau dia bersedia menjadi SPV kita, mulailah menulis email ke mereka. Bahasa emailnya cukup sederhana, perkenalan diri, jangan lupa jelaskan kalau kita adalah kawan dari mahasiswa sana. Jelaskan latar belakang kita, interest kita pada tema researchnya dan jangan lupa lampirkan reserach proposal dan CV kita. Setelah itu mari perbanyak doa.
Jika berjalan sesuai rencana, SPV akan mengirimkan LoA bahkan universitas akan mengirimkan certficate tanda kalau kita diterima sebagai calon mahasiswa mereka.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah perkara bahasa. Untuk negara Eropa dan Ausie syarat IELTS adalah mutlak, sementara untuk negara Jepang cukup syarat TOEFL saja.
okey..vita...research proposalnya ngak tampil...
BalasHapusBisa k..download via link di atas
Hapus