Sabtu, 29 Desember 2012

Jangan Menunggu Sampai Menjadi Blue Gold


Jangan Menunggu Sampai Menjadi Blue Gold

Blue Gold, sejenis apakah itu?

Biasanya yang kita tahu gold itu emas, dan tentunya warnanya yah gold. Lalu, apakah ada jenis emas baru yang berwarna biru? Seberapa bernilai ekonomiskah barang itu? Bagaimana cara mendapatkannya? Dan beberapa pertanyaan lainnya. Tapi, eits tunggu dulu. Sebelum pikiran kita terbang terlalu jauh membayangkan emas semisal yang diproduksi oleh Antam, sebaiknya kita kembali ulang dulu, mengetahui apa itu blue gold.

Blue gold adalah sebuah idiom yang disematkan untuk air. Yah air, saudara. Cairan yang setiap hari harus masuk ke dalam tubuh kita, dan juga harus kita keluarkan dalam bentuk limbah. Cairan yang di Indonesia memiliki masalah untuk tiap musimnya – kekeringan di saat kemarau, dan banjir yang menggempur di saat musim pengujan seperti sekarang-. Emas biru diistilahkan untuk komoditi air yang tidak hanya memiliki nilai instrument (instrument value), tapi juga intrinsic value dalam kehidupan. Mungkin, untuk saat sekarang kita di Indonesia khususnya beberapa daerah, masih belum mampu membayangkannya, namun jika kalian pernah jalan-jalan ke Dubai atau Umroh (Amien ya Allah), mungkin pernah mendengar bagaimana di sana mereka menyulin air laut menjadi air bersih. Cetar membahana bukan? Karena proyek ini bernilai multibilyun. Bahkan Charles Dogan dalam “Blue Planet” bukunya menyebutkan kelak air akan menjadi komoditi primer bernilai multijuta dolar. Bisnis air akan merajai dan merebut pasar, dan bahkan negara dengan konsep demokrasi yang mengatur bahwa “bumi dengan segala isinya untuk kesejahteraan rakyat” sekalipun, tak mampu berkutik dengan ini. Di dekade mendatang, air diyakini menjadi cairan geopolitik krusial di negara-negara Arab. Sungai Yordan, sungai Tigris, sungai Eufrat maupun sungai Nil kelak menjadi sumber konflik baru.Jadi, pantaskan jika kemudian liquid ini diibaratkan emas?

Air, sejenis karbon

Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Setiap makhluk di bumi memerlukan air untuk kehidupannya. Selain udara sebagai paru-paru bumi, air adalah ibu dari kebutuhan primer manusia. Manusia bisa bertahan hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, namun tanpa air manusia hanya mampu bertahan selama 1 hari (Survival topics, 2011). Udara dan air (sama-sama karbon loh) adalah nutrisi penting manusia (juga makhluk lainnya), untuk kesehatan dan efisiensi tubuh ideal saja, manusia membutuhkan minimal 2 liter air bersih per hari. Bahkan, jika kemarau, konsumsinya bertambah berlipat ganda. Boleh dikatakan, air digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, dari skala kecil seperti rumah tangga hingga industri. Dalam dunia kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air dikaitkan sebagai faktor perpindahan/penularan penyakit (agent) dan beberapa sebagai penyembuh. Beberapa penyakit menular seperti typhusabdominalis, cholera, dysentri baciller adalah beberapa jenis penyakit yang bisa ditularkan oleh air. Selain itu peracunan logam juga terjadi melalui media air.

Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan energi. Sementara menurut Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air  yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratannya adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis dan radiologis, sehingga apabila dikomsumsi tidak menimbulkan efek samping. Lalu ada juga yang disebut air baku. Nah air baku inilah yang merupakan bahan baku untuk air minum dan juga air bersih. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) pengertian air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Sedangkan air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Adapun standar air minum di Indonesia yang diterapkan untuk sumber air minum (air baku) dan air minum sehingga tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusi. Selain itu dari pemerintah, telah menerbitkan aturan tentang sumber daya air, baik itu air minum, air baku, hingga konservasi sumber daya air.
  • Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
  • Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
  • Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup
  • Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
  • Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
  • Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
  • Peraturan Pemerintah No. 22/1982 tentang Tata Pengaturan Air
  • Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
  • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
  • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum
  • Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan Air Minum
Lalu, pertanyaannya sekarang sumber-sumber air baku itu apa saja? Pertanyaan cerdas. Secara garis besar ada 5 sumber air baku

A.  Air Permukaan

Adalah sumber air baku yang berasal dari tiga system, yaitu: sungai (berasal dari air hujan dan mata air), danau (berasal dari air hujan, air sungai dan mata air), dan waduk (berasal dari air hujan).


Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat berbahaya berbahaya bagi kesehatan yang berasal dari limbah industri, saluran selokan dan pertanian seperti Total Suspended Solid (TSS), zat-zat organik, timbal dll. Kekeruhan berfluktuasi cukup tinggi dipengaruhi oleh musim. Pada musim penghujan kekeruhan tinggi. Dengan kualitas seperti itu, pengolahan air yang diperlukan adalah jenis pengolahan lengkap, yang meliputi pengolahan fisik, kimia dan bakteriologis. Untuk itu diperlukan unit pengolahan air bersih secara lengkap, mulai dari intake (bangunan penangkap air), bak pengendap/sedimentasi I, bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi / pengendap II, saringan pasir cepat, pembubuhan desinfektan, seperti gambar di atas.

B.  Mata Air

Adalah sumber air yang berasal dari permunculan air ke permukaan tanah. Ada 2 alternatif sistem pengolahan mata air untuk air bersih, yaitu :

a.Mata air gravitasi dan kran umum
b.Mata air non gravitasi dan hidran umum

Dari segi kualitas, jenis air ini sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Namun lokasinya yang berada di daerah terbuka, memungkinkannya terkontaminasi oleh lingkungan sekitar, seperti bakteri E. Coli yang sering muncul.


C. Air Tanah

Adalah sumber air dalam tanah yang tersimpan dalam lapisan aktifer. Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan-lapisan tanah, sehingga praktis jenis air ini bebas dari polutan karena keberadaannya di bawah permukaan tanah. Tetapi kemungkinan tercemar oleh zat yang mengganggu kesehatan tetap ada, yaitu jika tercemar kandungan Fe, Mn. Jenis ini dibedakan menjadi :

a. Air tanah dangkal; kedalaman muka air tanah kurang dari 20 meter
b. Air tanah dalam; kedalaman muka air tanah lebih besar dari 20 meter. Kualitasnya lebih baik dari air tanah dangkal

Ada tiga sisitem pengolahan air tanah :



Dari segi kuantitas, jenis ini relatif cukup untuk air baku, namun dari segi kontinuitas pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dapat menyebabkan masalah penurunan muka air tanah
D. Air Hujan

Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Merupakan  sumber air baku khususnya bagi daerah yang kesulitan mendapatkan sumber air .Dari segi kuantitas, air hujan tergantung besar kecilnya curah hujan, sehingga bersifat fluktuatif yang artinya tidak mampu mencukupi air baku. Begitupun jika dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak mampu menjadi sumber air baku secara terus menerus jika musim kemarau.



Tantangan baru yang disebut perubahan iklim



Saat saya masih SD, salah satu materi yang dipelajari baik di IPA dan IPS adalah siklus datangnya hujan. Penguapan air laut, yang menggumpal membentuk awan, lalu perlahan turun menjadi hujan. Sangat sederhana. Namun, saat kuliah, saya baru mengetahui kalau itu hanyalah bagian kecil dari sebuah siklus,rantai yang disebut siklus hidrologi.  Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air yang berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan. Itu adalah penjelasan singkat dari siklus ini. 

Untuk penjelasan lengkapnya, siklus ini terjadi karena energi panas matahari menyebabkan terjadinya proses evaporasi di laut atau badan air lainnya. Uap air tersebut akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung-gunung maupun datar datar dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, maka sebagian dari uap air tersebut akan turun hujan. Sebagian dari air hujan akan tersimpan di permukaan batang dan daun, sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon. Sebagian kecil air hujan tidak akan pernah sampai ke permukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer selama dan setelah berlangsungnya hujan (interception). Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention), untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (surface runoff) yang selanjutnya masuk ke sungai. Air yang terinfiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban tanah telah cukup jenuh, maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horisontal), untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (sub surface runoff) dan akhirnya mengalirnya ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam tanah akan bergerak vertikal menuju lapisan tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada musim kemarau akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau atau tempat penampungan air alamiah lainnya.


Sumber:Dr. Edvin Aldrian APU 
(PELUANG DAN TANTANGAN BERBASIS RISET KEBENCANAAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA)
Lalu, apa hubungannya dengan perubahan iklim yang mulai ramai dibicarakan? Baik, sebelum lanjut, tentu kita sama sepakatnya mengatakan iklim mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk ketersediaan air. Secara singkat dampak dari perubahan iklim (global change) mempengaruhi siklus air, seperti pada gambar skema di atas. Mengapa oh mengapa? Karena perubahana iklim berupa anomali iklim ini membuat iklim jadi tidak menentu. Jika kita perhatikan beberapa tahun belakangan ini, teori musim hujan dan kemarau per 6 bulan yang dulu kita pelajari seperti mengalami keanehan. Kemunculan musim hujan dan kemarau pun tidak menentu. Biasanya bulan September, langit sudah mulai mendung dan berarti musim penghujan tiba, saatnya anak-anak membuka baju dan berlarian bermain hujan. Namun, seperti tahun ini, musim penghujan ngambek, mundur. Dan ini karena pengaruh El Nino. El nino atau dalam istilah kerennya El Nino Southern Oscillation (ENSO) biasa disebut osilasi selatan pada hakikatnya memiliki hubungan erat dengan keragaman hujan. El Nino cenderung bersifat kering. Pengaruh El Nino di Indonesia yang berkarakter iklim musim (ingat angin muson), membuat kemarau bertambah panjang. Sebaliknya La Nina, kebalikan dari El Nino (yang jelas tidak ada hubungannya dengan Nirina apalagi Karenina). La Nina bersifat basah. Indonesia sejak tahun 2010, dipengaruhi oleh kondisi ini, itulah sebabnya sepanjang tahun 2010 hingga 2011 hujan mengguyur Indonesia. Sebelum tahun 2000-an, periode kemunculan fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO) sekitar empat tahunan. Namun, 10 tahun terakhir, kejadian ENSO hampir setiap tahun  (Kompas.com, Rabu, 19 September 2012). Sehingga anomali iklim ini berimbas pada anomali hujan yang berarti anomali siklus air (siklus hidrologi).

Namun selain masalah ENSO di atas, sebenarnya jika mau dirunut dari dasar masalah perubahan iklim ini juga akibat dari kondisi  lingkungan yang juga tidak pro terhadap air. Maksudnya, sudah menjadi pemahaman umum, bahwaasanya perubahan iklim yang terjadi berefek pada banyak hal dan bersumber pada banyak hal. Intinya adalah pola hidup manusia yang menganggap “man made nature”. Suatu era dimana akal pikiran manusia berupaya menaklukkan alam. Perkembangan teknologi pada era inilah yang membenturkan manusia pada alam, karena produk teknologi yang dihasilkan tidak selaras dengan cara kerja alam (anti ekologi), yang ditandai dengan banyaknya hutan yang hilang, industrialisasi yang memproduksi emisi karbon besar-besaran, pembangunan di mana-mana yang tidak menghiraukan aturan RTRW dan open space juga peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai daerah resapan air. Akibatnya, kembali pada manusia, dan objeknya salah satunya menyerang air. Siklus air terganggu, kawasan konservasi air (berupa hutan lindung) berkurang, hingga terjadinya intruisi air laut.

Dampak lain yang cukup memprihatinkan bagi keberlangsungan air bersih di Indonesia adalah erosi tanah. Saat ini erosi tanah yang menyerang DAS (daerah aliran sungai) sebagi salah satu sumber air baku sangat memprihatinkan. Misalnya, erosi di wilayah hulu waduk Cirata, Jawa Barat menyebabkan terjadikan penumpukan sedimentasi di area waduk (Antaranews.com.5 Maret 2012). Di Makassar sendiri, ada dua DAS yang merupakan penyuplai air bersih di Makassar secara regional, namun ke dua sungai itu rawan sedimentasi karena akibat erosi tanah.


Kelangkaan Air, mungkinkah?

 
Dari gambar di atas memperlihatkan proyeksi air yang akan menjadi langka pada tahun 2025. Jika saat ini, sebagian besar negara di Timur Tengah dan Afrika Utara dapat diklasifikasikan sebagai wilayah yang termasuk memiliki kelangkaan air secara mutlak saat ini. Pada tahun 2025, selain mereka, negara seperti Pakistan, Afrika Selatan, dan sebagian besar dari India dan Cina akan mengalami kelangkaan air. Ini berarti bahwa mereka tidak akan memiliki sumber daya air yang cukup. Sementara untuk wilayah Indonesia, Dr. Edvin dalam presentasinya  memberikan gambaran proyeksi salah satu sumber air baku (waduk dan danau), yang mengalami krisis air dalam kurun waktu 2015-2039.
Pada dasarnya keterdapatan air di permukaan bumi, sangat berlimpah. Sekitar dua per tiga dari permukaan bumi tertutupi oleh air. Secara selintas, seolah tidak ada masalah dengan air,baik ditinjau dari keberadaannya di bumi maupun fungsinya sebagai faktor utama kehidupan. Namun, jika dicermati akan nampak bahwa jumlah air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia sangat terbatas dibandingkan jumlah air yang ada. Di bawah berikut adalah llustrasi hitung-hitungan penggunaan air

UNESCO (1978) dalam Chow, dkk. (1988), memperkirakan bahwa volume air yang ada di bumi sekitar 1.385.984.610 km3 atau jika dibulatkan sekitar 1,386 milyar km3. Sejumlah air ini sekitar 96,54% berupa air laut (asin); 1,73% air yang ada di kutub (Kutub Selatan dan Kutub Utara), 1,69% berupa airtanah (0,76% air tanah tawar dan 0,93% air tanah asin); dan sisanya 0,04% air yang ada dipermukaan bumi dan di udara. Berdasarkan angka-angka ini, maka air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia secara langsung hanya sekitar 0,8%, yang terdiri atas 0,76% airtanah tawar, dan 0,04% air permukaan (sungai). 

Tentu saja yang di atas hanya proyeksi dari kumpulan aritmetika, namun pada kenyataannya hal itu benar adanya. Belum lagi di tambah, tingkat proyeksi tersebut harus memperhitungkan variable populasi manusia yang setiap tahun bertambah, plus peningkatan aktivitas manusia dan laju pencemaran lingkungan yang membuat ketersediaan air semakin terbatas.  Di Indonesia saja dari perhitungan yang dilakukan Departemen PU dalam Kodoatie (2005) diperoleh perhitungan kesetimbangan air seperti di bawah
 
Sumber: Kodoatie (2005)


Sumber:Dr. Edvin Aldrian APU 
(PELUANG DAN TANTANGAN BERBASIS RISET KEBENCANAAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA)

Kelangkaan air mungkin adalah masalah masa depan, namun bukankah masalah masa depan dapat kita kelola sedini mungkin. Toh masa depan tetaplah tanggung jawab kita, karena di lorong waktu itu nantilah generasi anak-cucu-cicit kita ada, dan pertanyaannya adalah, mereka akan minum apa? Apakah air minum yang mereka minum adalah air yang sesuai standar, dalam arti kata bersih, sehat, dan layak minum?
Permasalahan air bukan lagi hanya menjadi masalah wilayah, tapi sudah menjadi isu global yang harus ditangani, karena bukan tidak mungkin 20 tahun kemudian akan terjadi perang karena masalah blue gold ini.

Keberlanjutan Air Tanah

Air tanah (groundwater) berada pada susunan batuan yang berpori atau pada lapisan pembawa air yang dapat menyimpan dan melepas air dalam jumlah yang cukup. Lapisan pembawa air dimaksud adalah  aquifer . Secara teknis dampak pemompaan air tanah yang berlebihan adalah terjadinya intrusi air laut, penurunan tanah, penurunan muka airtanah, kekeringan dan penurunan kualitas air tanah.

Masih ingatkah kasus runtuhnya jembatan di jalan Martadinata? Kalo iya, tentu pernah mendengar istilah intrusi air laut. Intrusi air laut diakibatkan tekanan air tanah yang lebih kecil dibandingkan tekananan air laut pada kedalaman yang sama. Perbedaan tekanan ini menyebabkan batasan antara air tanah dan air laut naik ke daratan.Dalam kondisi normal (tidak ada gangguan tekanan),air laut sudah mengintrusi ke daratan karena massa jenis air laut yang lebih besar dibandingkan dengan air tanah. Namun bila tekanan air tanah turun dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan semakin jauh ke arah daratan. Intrusi air laut banyak terjadi di daerah sekitar pantai. Banyaknya penduduk dan kawasan-kawasan industri seperti di kota – kota besar yang memanfaatkan air tanah, semakin meningkatkan daya intrusi air laut ke daratan (sumur). Pengambilan air tanah secara besar-besaran berdampak pada kekosongan air di dalam tanah sehingga air laut merembes masuk.

Penurunan kualitas air tanah yang diakibatkan oleh pemompaan air tanah berlebihan adalah kosongnya lapisan-lapisan tanah sehingga air dari sumber pencemaran merembes masuk dalam air tanah. Pada saat ini dengan rusaknya hutan dan hilangnya daerah resapan air mengakibatkan muka air tanah semakin berkurang. Perbandingan air yang masuk dalam tanah dan yang diambil (dipompa) dari tanah sangat tidak seimbang, mengakibatkan penduduk sering kali mendapati sumur – sumur mereka semakin dalam dan jumlah air semakin berkurang.  Dampak lain dari eksploitasi air tanah yang berlebihan adalah kekeringan. Terutama eksploitasi air tanah yang tidak segera dipasokkan kembali ke lahan tersebut (ingat siklus hirdolgi lagi). Konservasi hutan yang kurang optimal, dalam jangka panjang memperparah  kondisi tersebut.  Di daerah perkotaan sebagian besar sumur penduduk tidak bisa digunakan lagi untuk kegiatan sehari-hari, karena banyak bahan pencemar yang masuk. Untuk daerah Jakarta misalnya, sistem cekungan air tanah dalam menjadi daerah imbuhan air tanah dangkal. Padahal,  kondisi air tanah dangkal di Jakarta sudah amat tercemar berbagai zat kimia berbahaya seperti timbal, seng, amoniak, dan kloroform. Selain intrusi air laut, air tanah dalam juga terancam pencemaran lewat "bocoran" tersebut (salinisasi). Kondisi tersebut menjelaskan pada pemahaman betapa kritisnya air tanah (air bersih) yang disediakan alam, dan betapa pentingnya resolusi untuk mengembalikan kelestarian sumber daya air yang merupakan sumber air minum
Konsepsi
 
Ok, tadi kita sudah membahas tentang air,air bersih, air minum, fakta-fakta kelangkaan air dan sumber air baik secara local Indonesia hingga secara global, termasuk efek yang ditimbulkan. Lalu, untuk masalah air ini, apa yang menjadi solusinya?

Masalah air, seperti yang dikatakan di awal bukanlah masalah per orangan, juga per negara tapi sudah masalah global. Saya akan mengurai solusi secara local dan personal saja, tentu saja berdasarkan apa yang saya pahami. 

1.    Top Down
Jangan alergi dulu atau mengatakan klise. Karena pada dasarnya negara tetap harus memenuhi fungsinya sebagai pelayan, sebagai bapak bagi anak-anaknya. Secara umum, banyak masalah yang terjadi di Indonesia, karena ketidakpaduan antara satu instansi dengan instansi lainnya, padahal sangat diperlukan sinergi antara elemen-elemen pemangku kepentingan, karena, masalah air, bukan hanya masalah satu sector atau departemen saja. Perlu koordinasi yang terpadu dan berkesinambungan antara beberapa unit (PU, Deptan, Dephut, Pemda, Depkes, KLH, peneliti hingga Universitas). 


Setelah itu dibutuhkan pembelajaran kepada kalangan masyarakat lewat regulasi dan sosialisasi tentang budaya hemat air, masalah air sekarang dan yang akan datang oleh beberapa lembaga terkait (LSM, Peneliti, Universitas, Depkominfo, BNPB, Depkes, Dephut, PU, Pemda). 

Dan yang paling penting adalah konsistensi pemerintah dalam melaksanakannya (contoh kasus yang paling sering terjadi adalah perijinan pembangunan yang tidak memperhatikan pola tata ruang dan tata guna lahan. Banyak pembangunan dilakukan di atas daerah resapan air tanah. Dan yang parah di Indonesia, kota-kota besarnya memiliki persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang rendah, padahal RTH selain mengurangi emisi karbon, juga berperan dalam menyerap karbon lainnya (baca:jadi resapan air tanah)

2.    Bottom up
Dari tingkat bawah, sangat diperlukan pendidikan masyakarakat mengenai air bersih dan yang sehat sehingga aman untuk dikomsumsi, khususnya di daerah bantaran sungai dan kawasan kumuh. Selain itu sangat diperlukan inisiasi partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan limbah melalui 3R – (Reuse,Reduce dan Recycle)


Masalah limbah banyak yang menganggapnya hanya limbah. Padahal limbah air terdiri atas dua jenis yaitu ; blackwater (itu, yang di buang ke septictank), dan juga grey water (nah yang ini, biasanya bisa digunakan kembali. Yang termasuk grey water adalah air buangan bekas mandi, cucian, yang pada dasarnya dapat digunakan lagi. 


Hal kecil lainnya yang dapat kita lakukan dalam lingkup rumah kita lainnya dengan mulai tidak menutup halaman kita dengan semen apalagi beton hanya dengan alasan, tidak ingin becek saat hujan ataupun menghindari debu. Pada hal tanah di bagian rumah kita termasuk open space yang memiliki fungsi bagi keberlanjutan air tanah. Apa kita pernah memikirkan, di rumah kita, jika menggunakan air tanah,setiap hari air tanah itu kita pompa, namun tidak ada air yang masuk kembali ke tanah itu. Itulah yang disebut di bagian atas sebagi turunnya permukaan air tanah. Jika takut becek, pekarangan bisa kita tanami rumput, atau pasang koral. Lebih cantik dan tentunya tidak memutus rantai air (tapi tips ini tidak dianjurkan jika kalian kontrak rumah, apalagi tingga di  Pondok Mertua Indah. Nanti kalian diusir)

3.    Teknis dan rekayasa dalam tataran praktis

 
- Konservasi sumber daya air (Handojo 2008) 

  Daerah Hulu (Parit resapan)
 
Sumber :Handojo, R. (2008).

1.Parit resapan merupakan penampungan air sementara untuk menampung limpasan air permukaan supaya terserap ke dalam tanah.
2.Fungsi dari parit resapan tersebut adalah untuk mengurangi air limpasan, menyaring polutan, dan meningkatkan pengisian ulang air tanah.
3.Parit resapan dibuat dengan kedalaman kurang dari 1 m dan lebar 80 cm. Parit dapat diisi dengan kerikil atau dikominasikan dengan pipa.
 
Daerah Tengah (Embung resapan) 
Sumber :Handojo, R. (2008).
1.Membuat embung resapan: efektif dengan pendekatan keteknikan yang ringan, berdasarkan pada proses alami untuk mengantisipasi banjir dan kekeringan.
2.Menyediakan waktu untuk air dapat terserap
3.Menampung air hujan yang dapat digunakan saat musim kemarau
4. Meningkatkan kualitas air
 
Daerah hilir (Sumur resapan)
Sumber :Handojo, R. (2008).
 1. Membangun sumur resapan yang menjadi syarat dalam izim membangun bangunan khususnya di Provinsi DKI Jakarta.
2. Meningkatkan pengisian kembali air tanah.
3. Sebagai upaya untuk mengatasi ekstrasi air tanah yang akan mengakibatkan penurunan tanah.
4. Berkontribusi dalam mengurangi limpasan air permukaan.
 - Pengelolaan air terpadu perkotaan (Integrated Urban Water Management, IUWM)
- Penerapan Biopori
- Penggolahan dan penggunaan kembali greywater
- Pengerukan kanal
- Konservasi hutan lindung
- Konservasi RTH
 -Penerapan teknologi tepat guna pemurni air (water purifier)
Teknologi tepat guna pemurni air adalah salah satu solusi praktis dalam menghadapi masalah air. Salah satu jenis pemurni air yang terkenal dan tersertifikasi adalah Pureit dari Unilever.
Pure it, yah Pureit
Seperti namanya, pureit bekerja untuk memurnikan air. Sesuai dengan prinsipnya "perlindungan menyeluruh dari kuman", pureit bekerja tidak hanya memperhatikan masalah kesehatan (air yang higienis), namun juga memperhatikan masalah ekonomis dan energi. Kenapa? Karena teknologi Pureit menghasilkan air minum tanpa menggunakan gas dan listrik. Dari segi kepercayaan produk, pureit telah di uji di LPPT UGM. Untuk membuktikan kinerja Pureit LPPT melakukan pengujian terhadap kualitas air hasil filtrasi setelah 5 L, 750 L dan 1500 L dengan parameter uji meliputi uji mikrobiologi, uji cemaran pestisida, uji cemaran logam berat, dan karakterisasi fisik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil air filtrasi adalah untuk parameter-parameter yang diuji, kualitas air yang dihasilkan memenuhi ketentuan sesuai PerMenkes terkait, meskipun air input yang digunakan sudah dispike dengan cemaran-cemaran yang masuk dalam parameter yang diuji. So, pure it is pureit


Selain itu, secara global,  Pureit adalah water purifier dengan penjualan terbesar di dunia berdasarkan riset pasar global yang dilakukan oleh Verify Markets dari USA untuk kategori sistem pengolahan air minum dalam rumah (berdasarkan penjualan tahun 2011).


Dari paparan di atas, kita sudah mendapatkan maklumat, bagaimana kandungan air yang kita komsumsi ketika air itu berasal dari air tanah (kontaminasi kandungan logam dan juga bakteri E. Coli), juga dari air PAM, terlebih di saat musim hujan, air berubah jadi keruh karena mengandung unsur-unsur sisa sedimentasi (yang tentu saja tidak bebas bakteri). Nah, dengan teknologi pureit ini, kecemasan kita dapat direda. Dengan 4 tahapan proses pemurnian airnya, pureit bekerja memurnikan air. Caranya, air PAM atau air tanah mentah yang biasa kita masak dimasukkan seperti gambar di bawah, lalu setalah itu biarkan pureit mengerjakan tugasnya



Pada gambar di atas, pureit bekerja dengan 4 proses
Tahap 1: Saringan Serat Mikro – menghilangkan semua kotoran yang terlihat
Tahap 2: Filter Karbon Aktif – menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya
Tahap 3: Prosesor Pembunuh Kuman – menghilangkan bakteri dan virus berbahaya dalam air
Tahap 4: Penjernih – menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, dengan rasa yang alami

Pureit bekerja dengan Germkill Kit (Perangkat Pembunuh Kuman) yang tahan lama dan dapat diganti. Komponen 2,3,4 pada gambar di atas harus diganti secara bersamaan setelah memurnikan sekitar 1500 liter air (setara dengan ~80 galon). Dalam pemakaian normal Germkill Kit dapat tahan sekitar 6 -8 bulan.

 

Dan satu hal yang harus dicatat dan menenangkan dari pureit khususnya dalam rangka perlindungan konsumen, adanya jaminan perlindungan dari Pureit. Ada 2 jaminan perlindungan yang ditawarakan, yaitu:

 
Perlindungan 1 – Pureit Germkill Life Indicator.
Pureit memiliki Indikator unik, yang akan memberitahukan Anda beberapa hari sebelumnya kapan perlu mengganti 'Germkill Kit’

Perlindungan 2 – Mekanisme Penghentian Otomatis
Jika ‘Germkill Kit’ tidak diganti pada waktunya, Pureit secara otomatis akan menghentikan aliran air sampai penggantian dilakukan. Mekanisme Penghentian Otomatis Pureit akan menghentikan air sehingga air akan meluap dari Germkill Life Indicator. Hal ini akan menjamin anggota keluarga Anda akan selalu meminum air yang aman.

Akhirnya, segala pilihan ada di diri kita masing-masing. Ingin  membiarkan waktu menggiring air menjadi komoditi ekonomi dalam status blue gold, ataukah memilih mengelola dan melakukan resolusi menjaga kelestarian sumber daya air yang merupakan sumber air minum penerus kita kelak. Sehingga kita tidak akan bertanya-tanya, apakah mereka meminum air yang bersih, sehat, murni untuk di minum. Karena penerus kita murni, semurni air yang ingin kita komsumsi. Coz, pure it is good

Rujukan
  1. Chow, V.T., Maidment, D.R., and Mays L.W. (1988), Applied Hydrology, McGraw-HillBook Company, New York, St. Louis, etc.; 110-113.
  2. Aldrian Edvin (2012), Peluang dan Taantangan Berbasis Riset Kebencanaan Akibat Perubahan Iklim. Disampaikan Pada Kuliah Umum Kebencanaan Perubahan Iklim UGM,Yogyakarta
  3. Handojo, R. (2008). Konsep dan Pengembangan Eco Efficient dalam Pembangunan Infrastruktur. Catatan perkuliahan. Fakultas Teknis Sipil dan Lingkungan, Institup Teknologi Bandung.
  4. Kodoatie J. Robert, Roestam Sjarief (2005), Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi, Yogyakarta
  5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
  6. Soemarto. (1987). Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.
  7. http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-geologi/2749-cekungan-air-tanah-jakarta-kritis.html,diakses pada tanggal 27 Desember 2012
  8. http://www.waternunc.com/gb/pws2025.html diakses pada tanggal 27 Desember 2012
  9. http://www.antaranews.com/berita/299829/erosi-wilayah-hulu-berdampak-berkurangnya-kapasitas-waduk, diakses pada tanggal 27 Desember 2012
  10. http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/28/11105282/Intrusi.Makin.Mengancam. diakses pada tanggal 27 Desember 2012
  11. http://www.pureitwater.com. diakses pada tanggal 27 Desember 2012
  12. http://www.survivaltopics.com/ diakses pada tanggal 27 Desember 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar