Sabtu, 15 September 2012

Culture Jamming ; Sebuah Alternatif


Prembule
Duluuuu, waktu jamannya saya masih jadi makhluk nokturnal (bukan krn bergaul ma vampire ato sejenis, tapi tuntutan tugas dan sks), pernah satu pagi di kampus merah di saat menjelang deadline salah satu tugas besar (di saat anak2 yang lain pada hunting arsip) saya lagi asyik masyuk ma buku an nabhani (at tafkir), dan itu membawa ke sebuah ruang diskusi yang akhirnya membawa tanya kepada saya. Ketidakbersetujuan kawan saya akan langkah saya membaca buku pemikiran di tengah giat2nya mereka hunting (sejujurnya saya ga suka budaya gitu, selain bikin bego, arsip yg di hunting toh juga sering adalah arsip yg salah, dan itu sudah sering terjadi) lebih membawa saya ke predikat SALAH JURUSAN. Dan ketika saya membela (dibantu seorang rekan saya) dengan alasan politik bukan jadi monopoli orang politik saja, karena politik bermakna mengurusi umat, kawan saya malah melontarkan sebuah pertanyaan yang kala itu betul2 membuat saya bertanya,

“Biar kata politik itu umum, tapi secara akademis yang professional lah. Paling ga, apa ada aktivitas real di dunia lu yang bisa berbicara politik atau pemikiran atau ungkapan2 tidak setuju terhadap kapitalisme ?”....

Glek! Itu tepat membuat saya pada lingkaran pertanyaan.. Walo politik itu ga harus politikus, tapi secara professional ada ga yg bisa saya lakuin berdasarkan ilmu saya, design? Dalam design ada ga cara untuk menyatakan pemberontakan kepada kapitalisme ? Ada ga cara untuk memperlihatkan kepada masyarakat lewat gambar tentang semua itu?......

Culture Jamming

Jamming dikenal sebagai istilah slang di dunia radio Citizen Band (CB) yang berarti praktek menginterupsi percakapan di antara CB-zen (warga CB). Namun sebenarnya istilah ini pertama kali di gunakan oleh Negativland, sebuah grup rock dengan syair-syair yang provokatif (Berkeley, AS, 1979). Pada perkembangannya, istilah ini kemudian berubah menjadi sebuah entitas yang khas yang dikenal sebagai culture jamming dengan jammer sebagai sebutan pelakunya.
Culture jamming menurut Stuart Ewen (kritikus social) adalah serangan pada kekuatan yang mendominasi publik, yang membombardir dengan gambar-gambar dan tanda-tanda yang memanipulasi makna sejati, dan menyesatkan publik. Ada juga yang mengatakan Culture Jamming merupakan sikap perlawanan terhadap kemapanan, kemapanan yang mendiktekan keinginan mereka terhadap orang lain (media informasi, penulis). Namun secara sederhana culture jamming dapat diartikan sebagai suatu gerakan design yang keberadaan awalnya muncul didasarakan sikap anti kapitalisme, dan menjadikan desain sebagai jembatan sikap kontra mereka terhadap segala produk dari kapitalisme.
Dalam pergerakan awalnya Culture jamming lebih memfokuskan diri pada sikap anti-advertising dan subvertising. Para jammer menganggap perlu sebuah perlawanan terhadap dominasi perusahaan-perusahaan besar (multi korporasi cs.) dan negara-negara yang agenda-agenda kenegaraan mereka telah digerogoti oleh perusahaan besar itu sendiri, dan memeras orang-orang di dunia ketiga. Mereka juga menganggap dunia advertising dijadikan senjata bagi perusahaan korporasi tersebut untuk membujuk dan merayu masyarakat untuk menjadi konsumen aktif, tanpa melihat realitas kehidupan masyarakat di negeri-negeri dunia ketiga. Kemudian, pergerakannya lebih berkembang ke arah design secara luas, dengan konsep penentangan yang lebih meluas namun tetap dalam ranah anti kapitalisme. Konsep kontra kultural ini lebih dikenal publik sebagai kendaraan bagi orang-orang yang berseberangan dengan ideologi ataupun pemikiran kapitalisme, dalam hal ini adalah sosialisme. Tetapi, sebagai metode kreatif pemberontakan tanpa kekerasan, tidak ada nilai mutlak bahwa cara ini MUTLAK berafiliasi sosialisme, karena ide sosialisme ataupu ide tandingan lainnya yang dihamparkan tergantung dari ideologi si designer (ingat, design bagai jembatan perasaan, kata dan pemikiran designernya. Jadi ideologi apa yang dianut oleh designer, maka ideologi itu pula yang akan melatarbelakangi product jammingnya), dan tentu saja tergantung bagaimana logika tanda yang dituangkan designer ke dalam karyanya

.

Dalam prakteknya, aksi dan gerilya yang jammers lakukan adalah semacam gerilya tanda kepada masyarakat baik dengan cara men-deface sebuah karya (billboard, iklan, logo, poster, lukisan atau sculpture) ataukah dengan memparodikan bahkan mengaburkan sebuah karya. Karya-karya mereka diantaranya yang paling kontroversial adalah bendera Stars-and-Stripes di depan gedung putih, yang gambar bintangnya mereka ganti dengan logo-logo perusahaan Amerika. Ataupun logo raksasa minyak ‘Exxon Mobile’ yang diplesetkan  oleh Greenpeace menjadi ‘E$$on Mobile’ , juga aksi sebuah kelompok jammers di Afrika Selatan yang akhirnya digugat lantaran memparodikan merek bir ‘Black Label’ menjadi ‘Black Labor’ dan ‘Black Neighbor’. Atau plesetan kata IMF menjadi ’Inernational Mother Fucker’ pada beberapa poster adalah beberapa contoh product jammer dari luar. Untuk karya-karya jammers dalam negeri, kawan2 setia OM yang pernah mengkomsumsi NC zine (semoga anak ke lima masih bisa lahir, Amin.) dapat melihatnya. Di sana ada banyak gambar-gambar ataupun poster-poster yang berafiliasi ke arah culture jamming (sampul belakang NC#1,hal.6 NC#1,poster buang sampah, dan beberapa lainnya yg silahkan cari sendiri..he..he. Ntar sy dikirain sales promotion lg). Dan untuk product-product jamming dari NC ini (poster buang sampah, gambar baju liberte hitam), adalah salah satu product yang nyata dan jelas anti ideologi kapitalisme dan sosialisme. Dan sebagai jembatan, designernya mampu mengusik tanya publik yang jadi konsumennya untuk mengajukan sebuah pertanyaan, ” Apakah ada ide, sistem, model yang lebih ideal dari keduanya?” Dan itu, bagi seorang penyambung lidah-lidah anti mainstream adalah titian awal menuju kepada proyek pencerahan.

Epilog
Akhirnya, hari itu pun saya ke kampus lagi dengan senyum merekah dan tiga buah zine dari seorang kawan di parahyangan sana. Kawan-kawan saya yg kemarin mempertanyakan bentuk karya pemberontakan seorang designer terhadap sistem kapitalis, akhirnya mampu tersenyum dan bercerita sendiri tentang beberapa gambar-gambar di zine itu yang menurut mereka dihamparkan secara bulat-blat oleh designernya sebagai bentuk anti kapitalisme dan anti sosialisme. Gambar ternyata betul adalah kata kedua, ketika mulut tak mampu lagi berucap, saat itu pula gambar yang mewakili menjadi tanda komunikasi.

Nombok
- Tulisan di atas bukanlah sebuah iklan media tertentu, karena diangkatnya media tersebut murni adanya adanya keterkaitan product masalah dengan media tersebut. Tapi, kalo jadi tertarik, yah ga papa. Lebih bagus lagi, he..he...
- Ditemukan teronggak di file hardisk

Bumi Tamalanrea Indah, 2006
PinkyCorner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar