Sebelumnya, saya telah bercerita tentang tahap awal dalam seleksi BUDI, seleksi berkas. Jadi, jika tahap itu kita dinyatakan lulus, maka kita harus melalui tahap berikutnya, yaitu wawancara. Konon katanya pada seleksi wawancaralah, banyak calon awardee BUDI berjatuhan. Sekedar gambaran peserta pada BUDI LN tahun 2016,
dari 1.811 pendaftar, yang lols ke seleksi wawancara hanya 273 peserta. Kuota saat itu adalah 300 awardee, secara hitung-hitungan, harusnya 273 peserta wawancara tersebut lulus untuk memenuhi kuota 😁, tapi sistem tersebut tidak berlaku di sini. Kenyataannya yang akhirnya lolos hanya 168 orang, yang berarti terdapat 105 orang yang tidak lulus.
Ok...back ke wawancara BUDI LN, proses wawancara ini juga melalui tahap. Saat melakukan wawancara, ada beberapa hal yang harus disiapkan, dan itu biasanya disampaikan bersamaan dengan surat penaggilan wawancara. Kalau saya, untuk amannya, semua berkas yang kemarin saya upload dan masukkan saya bawa plus print out rekam jejak percakapan saya dengan sensei (SPV)-in all case banyak interviewer menanyakan hal tersebut-.
Saat di sentra wawancara, kartu peserta merupakan barcode kita untuk masuk. Saat verifikasi berkas, yang mendapat perhatian khusus adalah sertifikat TOEFL dan LoA. Menurut mas-mas LPDP yang melakukan verifikasi berkas, banyak calon peserta wawancara baik dari LPDP reguler maupun BUDI yang terindikasi menggunakan sertifikat TOEFL yang dipertanyakan. Konteks dipertanyakan di sini, mulai dari keasliannya, hingga kredibilitas penyelenggara TOEFL. Menurut mas-mas tadi, di Makassar sendiri ada beberapa lembaga penyelenggara TOEFL yang telah mereka blacklist. Alhamdulillah, lembaga seperti UNM dan UNHAS termasuk yang valid. Masih dari cerita-cerita dengan mas-mas tadi, untuk kasus LoA, ternyata menjadi perhatian juga. Karena, ternyata pengadaan LoA itu sekarang menjadi lahan bisnis juga. Banyak peserta (mas-masnya ga mau menyebut detailnya, cuma bilang LPDP reguler dan BUDI) yang menggunakan jasa biro ini. Dan cara mereka mengetahui kalau LoA kita asli atau tidak ternyata melalui rekam jejak email tadi. Karena yang LoA melalui biro tadi, diadakan tanpa melalui kontak lebih dahulu -kalau yang saya tangkap, dokumen formalitas saja untuk pelengkap dokumen berkas-.
Saat sesi wawancara pada dasarnya agak mirip dengan LPDP reguler, kecuali untuk BUDI ini pengadaan LGD (Leaderless Group Discussion) ditiadakan. Saat sesi wawancara kebetulan lagi ramadhan, jadi Alhamdulillah menurut saya lebih khusyuk. Untuk Makassar, saat itu ada 44 peserta. Alhamdulillah saya dan 2 teman seperjuangan sejak tes awal untuk masuk Ehime University berada di sentra yang sama untuk test wawancara -meskipun kami berada di group yang berbeda-. Setiap group akan bertemu dengan 3 interviewer -dalam case BUDI, saya lihat 2 merupakan representasi Dikti, dan 1 reprenstasi LPDP-. Karena term yang saya ambil adalah LN maka wawancara dilakukan dalam bahasa Inggris
Materi Wawancara
Materi yang ditanyakan apa saat wawancara, pada dasarnya tergantung interviewer masing-masing. Ada yang ditanyakan pertanyaan umum sesi sesi wawancara lainnya, ada juga yang tidak. Kalau yang saya lihat dari pengalaman dan share dengan teman-teman lainnya, kelompok tema pertanyaan terdiri atas
- Perkenalan diri. Kebanyakan calon peserta diminta untuk memperkenalkan diri, dalam kasus saya, meskipun tidak diminta untuk memperkenalkan diri, tapi arah pertanyaan tetap ke sana (usia berapa, kerja di mana, sudah berapa lama kerja, sudah menikah, bagaimana keluarga dll). Perkenalan diri ini juga berusaha mengorek apa karya kita (karya yang ditanyakan disini adalah publikasi-karena posisi saya sebagai dosen-), dan karena saya tidak memeiliki satupun publikasi, maka ini adalah kelemahan saya, dan inilah yang dibombardir sama salah seorang pewancara😀😀. Bagian ini juga akan berusaha mengupas bagaimana anda-pertanyaan umum dari mereka adalah "What make you special to receive this scholarship/what differs you from other applicants?" atau "What are your strengths? or What are your weaknesses and how will you improve all of those?"atau lebih simpelnya "tell me about your self?"..pokoknya seperti itulah. Dan untuk pertanyaan ini, hindari memberikan jawaban dari google seperti I am a hardworker person or highly motivated person and atau I have a strong desire to learn. Karena jawaban itu menurut interviewer,,,basi....hehehehe...Jadi berikan jawaban yang unik yang kira-kira ditelinga interviewer cukup pas untuk mengatakan "this is so you". Pada bagian ini juga biasanya ditanyakan alasan memilih beasiswa ini, uni ini dan SPV ini.
- Tentang reserach proposal. Nah kalau dibagian ini, intinya satu. Kuasai proposal research kita
- Tentang calon SPV. Untuk case ini, biasanya interviewer meminta print out bukti mail-emailan kita dengan SPV. tapi untuk case saya agak beda. Interviewer melihat bagaimana saya mengenal dekat SPV saya. Jadi, saat wawancara saya ditanyakan focus interest sensei dan hubungannya dengan research saya. Selain itu -karena dalam beberapa jurnal terdahulu sebelum berlabuh di ehime university sensei mengatasnamakan almamaternya di osaka university-, salah satu interviewer menayakan hal tersebut. Alhamdulillah, karena sebelumnya saya memang sudah hunting profil sensei berikut jurnal-jurnalnya, pertanyaan itu dapat saya atasi. Jadi kata kunci di sini, kenali baik-baik calon SPV anda.
- Tentang survive di negeri asing. Untuk tahap ini, kebetulan 2 interviewer adalah alumni Jepang, jadi saya sempat ditanyakan apakah saya bisa berkomunikasi dengan Nihonggo. Saya jawab saja apa adanya, namun berikan tambahan penjelasan kalau kita dapat survive -misalnya, nanti di sana akan ada kelas Nihonggo untuk international student selama 6 bulan- . Untuk yang muslim bagaimana bertahan di negeri non muslim (khususnya untuk halal food dan shock culture). Untuk yang sudah berkeluarga, bagaimana keluarga, apakah ikut atau tidak. Kalau ikut, bagaimana disana. Kalau tidak ikut, apakah tidak akan mengganggu. Bagaimana jika tidak bisa selesai tepat waktu. Intinya yang saya lihat interviwer ingin melihat persiapan kita kuliah, apakah sudah well prepared semuanya atau tidak.
- Tentang rencana studi. Nah kalau yang ini, biasanya ada hubungannya dengan research proposal, tapi bagian ini lebih ke action. Misalnya, untuk case saya karena tidak memiliki satu publikasi pun, bagaimana saya bisa menghasilkan satu publikasi, apa rencana saya. Mau publikasi apa? Di mana? Survey data nanti bagaimana?
- Yang terakhir adalah rencana pasca studi. Biasanya pertanyaan interviewer seputaran rencana setelah selesai apa? Ada juga yang iseng menanyakan, kalau ditawari kerja di sana bagaimana?
- Pertanyaan umum. Bagian ini lebih ke pengetahuan umum, seperti pandangan tentang plagiarism, korupsi, perbedaan hingga Pancasila
Untuk wawancara ini, kalau ditanya kata kuncinya sih menurut saya, yang utama adalah kejujuran, lalu kuasai segala jenis dari hal mendetail hingga yang umum dari proposal kita, well prepared (kuasai segala hal yang berhubungan dengan kuliah kita-kampus,uni,kotanya,negaranya,budayanya-, jika tidak mengetahui sesuatu katakan tidak dan alasannya dan rencana untuk mengetahuinya, dan berdoa serta tawakkal.
Beberapa pertanyaan, terkadang menjadi pancingan untuk pertanyaan berikutnya, seperti kasus saya tentang plagiarism. Karena saya memang tidak mempunyai pengalaman dengan dunia jurnal dan publikasi, pemahaman saya tentang plagiarism sangatlah awam. Dalam proposal saya, meskipun saya menulis setiap kutipan melampirkan nama penulisnya (saat itu saya menganggap kalau itu bukan plagiarism), ternyata termasuk dalam plagiarism. Saya jelaskan kalau saya masih awam tentang paraphrasing dan plagiarism, itulah sebabnya saya ingin melanjutkan studi di luar untuk lebih mengetahui dunia publikasi. Kalau mau ditanyakan tentang perasaan setelah wawancara, saya merasa berada dalam porsi 50:50 akan lulus di sesi itu, karena masalah plagiarism tersebut. Tapi saya merasa optimis, karena saya memberikan penjelasana akan ketidaktahuan saya dan rencana memperbaiki kelemahan saya yang saya hubungkan dengan rencana lanjut studi.
Saat melakukan wawancara juga -yang ini sharing dari teman peserta-, hindari untuk menjadi sok pintar. Menjadi sok pintar dan pintar itu beda. Secara psikologis teorinya cukup masuk sih menurut saya. Biar bagaimana pun juga, seorang interviewer memiliki nilai ego yang lebih dari interviewee, dan menurut rekan itu juga bahasa tubuh dan tone kita saat berbicara dapat terbaca 'sok pintar' bagi interviewer, dan secara manusiawi siapapun di posisi interviewer biasanya tidak menyukai hal tersebut.
Sesi wawancara ini nantinya akan diputuskan melalui judisium bersama antara seluruh interviewer. Saat judisium, rekaman wawancara setiap peserta akan diputarkan untuk memutuskan kita layak lulus atau tidak (info dari mbak-mbak dikti dan mas-mas LPDP di sentra wawancara). Alhamdulillah, meskipun hanya percaya 50% biasa lulus, ternyata nama saya termasuk dalam 168 orang yang dipanggil untuk ikut pembekalan pra keberangkatan di Yogyakarta 12 agustus kemarin. Bismillah, perjalanan insya Allah dimulai.
 |
Suasana pasca wawancara di ruang tunggu wawancara Hotel Singgasana
kami bertiga (Citra anggita, Baso Nasrullah dan saya) bersama memulai test dari berburu SPV di Hasanuddin university hingga test wawancara di Hotel Singgasana Makassar |
 |
Yang sedang dag dig dug menunggu giliran wawancara |