By. Khalvati
Noah berhenti tepat di sebuah sculpture1
yang mejadi node2 di
Sabuga yang telah disulap menjadi exebition
room. Bentuk sculpture itu
seperti bola bumi yang nampak hidup menggeliat seakan memberontak, dengan
rantai bersimbolkan $ sebagai jalinannya. Product
Jammers3. Tepat bebeberapa langkah di depanya orang-orang nampak
bergerombol, Noah ikut memperhatikan, hingga matanya terhenti pada sebuah
lukisan hitam putih seukuran 7x5 Meter. Beberapa bisik tidak mengerti sayup-sayup hinggap di telinga. Noah
memperhatikannya dengan seksama. Sama dengan ruang ini, lukisan itupun hitam
putih. Memperlihatkan suasana peperangan di Alengka antara Rahwana dan Sri
Rama. Jika meneliti teknik sapuannya, akan tampak jelas beberapa tokoh lainnya
dalam kanvas itu yang nampak mengulum derita di telapak kaki Rahwana. Saddam,
Osama, dan beberapa karakter yang menampakkan wajah timur tengah. Belum lagi
pada figur Rahwana, jika ditelusuri dengan teliti, beberapa sapuan halusnya
yang memberikan pembeda, terlihat wajah Bush Junior yang tersenyum. Sangat
jenius. Karena wajah tersembunyi itu akan nampak jika dilihat dari jauh dengan
posisi lurus. Sedangkan pada sisi Sri Rama, bulan dan bintang nampak berpendar
di arahnya. Berjuta-juta kepalan tangan di belakangnya dengan panji-panji hitam
putih yang meliuk-liuk berdansa dengan angin. Noah mengernyitkan alisnya.
Walaupun dia seorang Inggris, tapi dia mengerti dan tahu banyak kisah
pewayangan Ramayana. Dia juga mampu menangkap pesan pada sculpure dan lukisan itu sebagai war of sign-nya terhadap kapitalisme, begitupan penggambaran
Rahwana yang dijadikan analogi Bush dan kapitalismenya, sama dengan
jammers-jammers lainnya. Tapi dia tidak mampu mengejawantahkan makna pada karakter
Rama. Apakah hanya sebagai elemen penambah, ataukah juga bermakna lain ? Suara
Alarm di PDAnya menyadarkannya untuk bergegas. 15 menit lagi dia harus pergi.
Dikutipnya beberapa angle, lalu diapun menghampiri seorang pemuda berkacamata
tanpa frame yang berpakaian rapi,
”Punten. Ini galeri siapa yah ?” Ujarnya sopan.
Tidak percuma kursus kilat bahasa sundanya kemarin. Si pemuda berkacamata
tersenyum, lalu berjalan ke arah lain dan tak lama kembali dengan seorang
pemuda.
” Bandung. Peri Putra Bandung. !” Pemuda yang bernama
Bandung mengulurkan tangannya dengan sopan. Noah menyambutnya dengan sopan.
Ditatapnya Bandung dengan lekat. Sangat
di luar dugannya. Berumur 40an dengan rambut gondrong yang sedikit memutih
ataupun dihiasi warna-warna lainnya, eksentrik dan karakteristik aneh jammers4 lainnya adalah
karakter yang tergambar di kepalanya. Bandung ternyata lain. Muda, sekitaran
25-30an, rambut rapi cepak, senyum malu-malu dengan hem dan jeans belel dan
sepatu boat.
’ Noah. Michael Noah. Mahasiswa Oxford jurusan seni. Sekarang saya sedang melakukan penelitian bahan
tesis saya tentang seni jammers.
Senang berkenalan dengan anda.” Noah memperkenalkan dirinya secara standar
sambil mengulurkan sebuar kartu nama berembos. Bandung membalasnya dengan
sebuah kartu nama juga sambil tersenyum memuji bahasa Indonesia Noah yang baik.
Noah pun secara singkat menjelaskan kalau dia pernah setahun di Bali dalam
rangka penelitian bersama tentang seni ukiran Bali, dan meminta waktu melakukan wawancara khusus
dengan Bandung.
--------------------------------
Honda Jazz metalik Noah merambat perlahan di jalan
lingkungan 7 meter di daerah Cimahi itu. Tidak cukup 5 menit Noah sudah
menemukan rumah yang menurut Bandung adalah pondoknya. Kecil, dengan pagar dinding semen yang menjulang menjadi pembatas
mata, rumah dan lingkungan luar. Dari pintu pagar, rumah itu terlihat
berdinding batu-bata tak berplester sebagai eskteriornya. Apik dan asri. Ada
sekitar 7 menit Noah berdiri di depan pintu rumah dari kayu berperawakan kokoh
untuk meringkas kembali di otaknya hal-hal yang akan ditanyakan dan meneliti
ulang kembali isi backpacknya, hingga
akhirnya ia memencet tombol hitam di sudut kanan atas kusen pintu. Terdengar suara
perempuan sebentar, lalu langakah-langkah kaki dan akhirnya sepasang mata hitam
di lubang segi empat pintu. Pintu terbuka, sorang perempuan berwajah putih
bersih seperti pualam terbingkai kain biru tua yang menutup kepalanya dan baju
biru tua panjang menyerupai jubah tersenyum menyambutnya. Pakaiannya seperti biarawati,
dan orang-orang timur tengah.
” Noah...Michael Noah?” Tanyanya dengan suara lirih
yang sopan dan lembut, persis wanita-wanita sunda lainnya. Tidak berapa lama Bandung
muncul dengan pakaian santai. Setelah berbasa-basi beberapa saat, mereka beranjak
ke galeri Bandung. Rumah ini ternyata memanjang ke dalam dengan bentuk U
melebar. Di dekat pagar, tepatnya samping kiri rumah dekat ruang tengah
terdapat void5 dengan
taman yang didominasi air, batu dan tanaman berukuran kecil. Galeri Bandung
terletak di sudut rumah dengan taman dan jembatan kecil sebagai penghubungnya.
Atap Galeri dan taman menyatu dan menyisakan antara 60 cm dengan ambang atap,
yang ternyata menjadi mediator masuknya angin dan cahaya matahari ke dalam
rumah. Dua buah sculpture dari batu
yang ditumpuk acak ke atas dengan prinsip fisika menjadi landmark6 galeri yang bertajuk ”Pulang”. Ukuran galeri
itu sangat kecil, kira-kira setengah
dari ukuran kamar tidurnya di tengah kota London. Di galeri itu hanya terdapat
sebuah ruangan kecil di dekat pintunya, dan sebuah ruangan tak bersekat yang
lantainya 30 cm lebih tinggi dari bahan parkit. Sisanya ruangan yang nampak
menjadi ruang kerja. Terdapat sebuah meja panjang besar yang diatasnya
berserakan perangkat pertukangan dengan sebuah layar yang dapat ditarik di
bagian atasnya, di belakangnya terdapat sebuah meja gambar dan meja untuk
melukis. Di sudut ruangan dekat ruangan yang tinggi terdapat seperangkat
komputer lengkap dengan scanner, printer dan LCD. Noah menelusuri rungan ini
lagi seraya menjawab pertanyaan Bandung tentang minuman teh yang dipilihnya.
Sekali lagi perkiraan Noah meleset. Ruangan ini walau tidak begitu rapi, namun
jauh dari berantakan, terlebih lagi, jauh dari gaya hidup hedonis seorang seniman.
Tidak ada asbak apalagi puntung rokok yang berceceran, tidak ada botol minuman
dan kaleng-kaleng bir. Noah ingat, di ruang tamu ia juga memperhatikan tidak
ada asbak. Gaya hidup positif yang baru didapatinya dari seorang seniman
--------------------------
Mereka lesehan di ruangan berlantai parkit,
setelah sebelumnya Noah mengutip dan merekam aktivitas Bandung di Galeri. Bunyi
PDAnya menyadarkannya kalau waktunya tersisa 30 menit dari target 1 jam
wawancara.
” So...saya hanya punya waktu 30 menit lagi untuk
wawancara, saya harap itu cukup untuk berdiskusi dengan Bandung tentang
karya-karya bandung kemarin di acara pameran HiFest dan tentu saja tentang culture jammers7.” Sebuah prembule formal mengawali diskusi
santai mereka
” Sudah berapa lama bergelut dalam dunia ini?” Noah memencet tombol rec pada tape
recorder kecilnya.
” 7 tahun, tapi seriusnya baru 4 tahun.” Noah
mengernyitkan kedua keningnya
” 3 tahun pertama saya jalani hanya sebatas hobi
saja. Saya baru mendalaminya setelah saya jatuh cinta.” Kisahnya dengan
diakhiri sebuah senyum.
” Menarik, jadi Bandung belum menjiwainya meskipun
telah belajar tentang masalah itu?”
” Tunggu... tunggu. Ini memang sering terjadi.
Orang-orang banyak yang menganggap saya orang seni, atau tepatnya seorang S. Des
atau sespeciesnya, tapi sebenarnya
saya adalah seorang S.Si.” Ralatnya, lalu iapun terburu-buru melanjutkan ketika
sadar Noah mungkin tidak paham, ” Maksudnya, saya orang science.” Mendengarnya
Noah menatap lekat padanya
” Saya bukan akademisi bidang design. Berdasarkan
disiplin ilmu, bidang saya Fisika, tepatnya Fisika atom. Pekerjaan utama saya
pun juga sebenarnya adalah sebagai pembina di TOFI .”
” TOFI itu Tim Olimpiade Fisika Indonesia?
Tunggu... tunggu. Seorang fisikawan yang orang TOFI menjadi seorang jammer...,”
Noah berhenti sesaat, memilah milah kata, lanjutnya, ”menarik! Walupun agak
aneh, mengingat dalam dunia fisika sendiri Bandung punya potensi... So...
jammer... fisikawan... korelasinya apa?” Bandung tersenyum mendengar pertanyaan
bertubi diiringi wajah kebingungan dan ketertarikan Noah.
” Begini... seperti yang saya katakan tadi,
sebelumnya dunia ini tak lebih dari sekedar hobi, hingga saya jatuh cinta. Saya
jatuh cinta dengan ide-ide penentangan terhadap kapitalisme, globalisasi, terhadap
budaya konsumeristik, terhadap sebuah gerakan anti-cuci otak kapitalis yang
menginginkan kemerdekaan berekspresi dalam menentukan pilihan terhadap sebuah
produk dan gaya hidup dan sebuah keinginan untuk kembali kepada realitas semula
tanpa di cekoki dengan pengaruh-pengaruh hegemoni kekuasaan, dalam hal ini
kapitalis.”
” Lalu... fisikanya?”
” Fisika itu ibaratnya nafas, dan design adalah jantung.
Mungkin seperti itu..ha..ha..ha... Saya
selalu kebingungan menjelaskannya, dan ini pasti selalu menjadi perbincangan
seru awalnya jika membahas benang merah, saya dan design. Padahal, apakah
dilarang seseorang ilmuwan bermain seni juga? Toh seorang Leonardo Da Vinci
yang seniman itu juga adalah seorang ilmuwan, ataupun juga seorang al Kindi,
bukan begitu?” Bandung malah bertanya balik, dan disambut dengan anggukan Noah.
” Ok. Kembali ke topik pameran kemarin. Saya
sangat tertarik dengan lukisan peperangan di Alengka. Saya mampu melihat
gambar-gambar tersembunyi dari teknik sapuan pada lukisan itu. Wajah Bush dalam
Rahwana, beberapa tokoh yang terinjak di kakinya cukup vulgar untuk dikatakan Baudrillard
sebagai logika tanda pada pemaknaan symbol , tapi saya sungguh blank dalam sisi
Sri Rama ?”
” Simple saja, Rahwana sebagai simbol keangkaramurkaan
sebuah analogi kegelapan dan representasi dari ideologi kapitalis, sedangkan
Sri Rama sebagai seorang mesiah, penyelamat yang membersihkan kembali bumi.”
” Bukan itu Bandung. Saya yakin, ada konsep dasar
yang jelas yang coba kamu hamparkan di mata kami bulat-bulat tentang apa
ataukah siapa yang nantinya akan menjadi Sri Rama. Tanda-tanda yang kamu
torehkan bukanlah tidak mengandung makna atau hanya menjadi aksentuasi belaka.
Saya yakin tidak, melihat begitu detailnya setiap karya seorang Bandung. ”
Bandung tersenyum mendengar pujian halus Noah.
” Apa, bukan siapa. Dan memang benar Sri Rama
hanyalah simbolitas pada gambar. Suasana pada bagian Sri Rama apakah tidak
cukup jelas ?”
” Apanya yang jelas, dari gambar yang bergradasi
dengan bulan bintangnya yang berpendar...,” Noah berhenti sesaat, seakan
menemukan sesuatu,” tunggu... Jangan kau katakan itu mewakili negeri magribi,
negeri timur tengah atau dengan kata lain ideologi Islam yang telah diramlkan
oleh Fukuyama sebagai rival dari kapitalisme?” Tanyannya dengan suara
menggantung. Bandung mengangguk tersenyum lagi,
” Oh Jesus! Tidak mungkin!”
” Iya. Cinta yang sedari tadi kusebut, karena aku
jatuh cinta pada Islam, pada istriku yang tadi di depan yang faktanya dialah yang
alumnus design. Dan jika dikatakan fisika adalah nafasku, design adalah
jantungku, maka Islam adalah hidupku.”
” Oh God! How stupid i’am! Wanita tadi istrimu? Gila. Bertemu denganmu semua intuisiku
dari awal salah semua. Pakaian timur tengah, bergaya hidup positif, bulan
bintang... tentu saja. Apakah ada the way of life yang
lebih positif selain Islam. Bodohnya
aku. Hanya karena labelisasi culture
jammer yang didominasi oleh orang-orang kiri, akupun mengabaikan
tanda-tanda yang jelas. Bodohnya aku.” Noah memukuli kepalanya berulang-ulang
hingga keadaan menjadi sunyi. Noah betul-betul kebingungan ingin mengajukan
pertanyaan apa. Prediksi dan konsepnya otomatis tidak berguna lagi. Untunglah
Bandung mengerti suasana, lalu iapun membuka mulut lagi,
” Islam adalah sebuah ideologi, jauh sebelumnya
saya juga berpikiran untuk melawan semua kredo dari kapitalisme dengan prinsp
sosialisme harus berjaya kembali. Dan design menjadi jembatannya, karena
keterbatasan kata di mulut. Dan ketika kata menjadi sesuatu yang asing, maka design
sebagai sesuatu pilihan yang memperhitungkan sifat-sifat tanda yang digunakan
oleh pikiran untuk pengertian tentang hal-hal atau penyampaian pengetahuan
kepada orang lain. Dan awalnya, perang tanda yang saya tawarkan, gerilya culture jamming yang saya lakukan
sebagai bentuk penolakan dan olok-olokan terhadap pembodohan yang terjadi, adalah
bentuk perlawanan frontal melalui tanda terhadap kapitalis, dan mengaggapnya
sebagi sebuah manifesto yang pure design ala sosialis. Tapi ketika mengetahui,
secara frontal manifesto perlawanan kapitalis kepada Islam, menggugah
ketertarikan saya untuk memahami Islam itu, terlebih dalam fisika modern teori
Radiasi Latar Kosmik ternyata ekuivalen dengan pemahaman Islam dan
berseberangan dengan ideologi yang selama ini saya koarkan lewat batu, kanvas
dan sajak. Lalu nalar sayapun dipaksa untuk mencari tahu, mengkaji dan memahami
konsep pembebasan dari kapitalis oleh Islam. Dan… kun
fa yakun...eureka! Allahu Akbar! Segala puji hanya milik-Nya. Akhir dari itu
adalah sebuah kesimpulan indah bagi saya, dan juga bagi Noah dan lainnya.Islam
is the big solution for all problem. Seperti
yang Noah katakan, Islam is the way of life.” Noah mengangguk-angguk. Bunyi alarm di PDAnya menjadi pembuka
pamitnya Noah, dengan keinginan bersua dan berdiskusi lagi.
” Pintu rumah kami selalu terbuka untuk Noah
ataupun yang lainnya, untuk diskusi. Diskusi adalah salah satu jalan masuk dari
pencerahan.” Ujar Bandung bijak menanggapi keingainan Noah.
---------------------
Noah menatap sebuah ensiklopedia mini yang berisi
karya-karya Bandung di mobilnya. Udara sejuk Cimahi masuk ke dalam mobilnya
lewat jendela kaca yang sengaja dibiarkan terbuka oleh Noah. Noah tersenyum lagi, entah sudah yang keberapa
kalinya senyum itu menghias di wajahnya dalam sejam ini. 1 Jam bersama Bandung
berlalu dengan makna yang mendalam bagi seorang Noah, bagi sebuah pandangan,
dan bagi arah tulisan di tesisnya nanti. Dan Noah sangat yakin, diskusi
berikutnya akan penuh dengan cerita-cerita dan pemahaman-pemahaman baru yang
lebih mengejutkan.
Dipati Ukur, Juni 2006
Keterangan
1Sculpture: Sejenis patung atau
ukiran yang biasanya menjadi hiasan
2Node: Titik pertemuan pada sesuatu ruang ataupun tempat
3Product
Jammers:
Adalah produk ataupun hasil karya yang dihasilkan seorang jammer . Ini dapat
berupa lukisan, sculpture, Iklan yang di parodikan ataupun tidak, yang lebih ke
arah sikap mengkritisi/mengolok-olok/menginterupsi kapitalisme dan produknya.
4Jammer: Adalah sitilah slang
untuk orang-orang yang melakukan olok-olok ataupun interupsi pada ide-ide
kapitalisme lewat tanda pada design (designer). Ini dapat berupa lukisan, iklan
ataupun sculpture yang di deface ataupun yang tidak
5void: Lubang. Sebuah ruang
terbuka pada bangunan yang biasanya digunakan sebagai media masuknya angin dan
udara.
6landmark: Semacam tanda pengenal
pada sesuatu (bangunan, tempat ataupun ruang). Biasanya berupa sculpture
7culture
jammers: Serangan
pada kekuatan yang mendominasi publik, yang membombardir dengan gambar-gambar
dan tanda-tanda yang memanipulasi makna sejati, dan menyesatkan publik.
NB.
Khalvati adalah nama pena dari Vita Fajriani Ridwan atau Koji Ridwan Cerpen ini pernah dimuat di Majalah SOBAT Muda edisi 22/Tahun ke-2/September 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar